Skip to content
Education

Tidak Perlu Kuatir Dengan Jeda Karir (Career Gap)

Tidak Perlu Kuatir Dengan Jeda Karir (Career Gap)

Sebelum pandemi global, jeda karier (career gap) dalam perjalanan karier seorang pelamar sering dianggap sebagai “cela” oleh rekruter.

Mengapa demikian?

Macam-macam anggapan dalam benak rekruter, misalnya: sang pelamar dianggap sebagai “kutu loncat”, tidak mulus kariernya, tidak memperhitungkan pengunduran diri dengan cermat, dan banyak anggapan negatif lainnya.

Tak pelak, anggapan negatif rekruter pada pelamar tersebut sering menjadikan kandidat atau pelamar berusaha menutupi jeda karier, dengan cara memanjangkan masa kerjanya di suatu perusahaan hingga terlihat “nyambung” dengan perusahaan berikutnya.

Misalnya: masa kerja sebenarnya sang kandidat di perusahaan A adalah dari Januari 2020 s/d September 2022, dan dirinya diterima bekerja di perusahaan B pada Januari 2021. Dengan demikian, ada jeda 3 bulan dari sejak dirinya di perusahaan A ke perusahaan B.

Sebelum pandemi, demi menghindari pandangan negatif dan pertanyaan-pertanyaan kritis rekruter pada jeda karier, cukup banyak kandidat yang berusaha menutupi jeda karier tersebut dengan memanjangkan masa kerja di perusahaan A secara “semu”, misalnya: masa kerja di perusahaan A ditulis sejak Januari 2020 s/d Desember 2020, sehingga tampak “nyambung” dan mulus pindah ke perusahaan B pada Januari 2021.

Di tengah masa pandemi global, banyak pembangun karier yang mengalami PHK masal, sehingga jeda karier menjadi hal yang sulit kita hindari. Post-pandemi, semakin banyak rekruter berpikiran lebih moderat terhadap jeda karier seorang kandidat, serta memandang hal itu sebagai peritiwa hidup wajar dan dapat terjadi pada siapa pun.

Karena perkembangan ekonomi global dan dinamika politik belakangan ini, PHK masal dan pengakhiran kontrak kerja dengan alasan efisiensi masih menjadi fenomena umum. Lagi-lagi, kondisi ini kita rasakan bersama ๐Ÿ™

Di sisi cerahnya, kandidat tidak lagi perlu memanipulasi Resume / CV mereka dengan cara memanjangkan masa kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Rekruter-rekruter saat ini telah terbiasa melihat begitu banyaknya kandidat yang mengalami jeda karier, and it’s okay; yang penting rekruter cocok dengan kompetensi dan pengalaman kita.

Ada tiga hal yang penting kita perhatikan perihal jeda karier:

(1) Hentikanlah berpikir jeda karier sebagai cela atau aib yang harus kita tutupi. Jeda karier adalah peristiwa hidup yang lumrah dan dapat terjadi pada siapapun.

(2) Jujur dan transparanlah pada rekruter, ceritakan apa adanya tentang perjalanan karier kita yang sebenarnya. Jika kita berbohong atau berusaha menutupi sesuatu, percayalah, cepat atau lambat hal itu akan terkuak.

(3) Pastikan kita tetap mengikuti perkembangan industri terkini saat menjalani jeda karier. Akan lebih baik jika kita bisa mendapatkan sertifikasi kompetensi baru. Dengan demikian, kita dapat menjelaskan pada rekruter bahwa jeda karier tersebut malah menjadikan kita semakin solid dan semakin berkompeten.

Selamat menjalani wawancara dengan kejujuran dan transparansi ya, Orbitians sekalian ๐Ÿ˜ƒ